Suaradermayu.com – Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Buruh Tani Indramayu (ABTI) melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan Kantor DPRD Indramayu, Kamis (16/9/2022).
Aksi tersebut berlangsung dramatis ketika para pengunjuk rasa menuntun sepeda motor dengan jok terbuka lalu memarkirkannya di tengah Jalan Jenderal Sudirman. Akibatnya, arus lalu lintas terpaksa ditutup sementara demi menjaga keamanan dan kelancaran jalannya aksi.
Dengan membawa spanduk, poster, dan pengeras suara, massa menyuarakan keresahan mereka terhadap dampak kenaikan BBM yang dinilai sangat membebani rakyat kecil. “Kami menolak kenaikan harga BBM karena imbasnya terhadap rakyat kecil sangat besar. Harga bahan kebutuhan pokok melambung tinggi,” teriak Koordinator Aksi dari atas mobil komando.
– Selain menolak kenaikan BBM, massa ABTI juga menyuarakan sejumlah tuntutan lainnya, di antaranya:
– Cabut UU Omnibus Law beserta peraturan turunannya yang dinilai merugikan buruh dan petani,
– Naikkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Indramayu sebesar 13 persen pada tahun mendatang,
– Turunkan harga sembako, gas LPG, dan kebutuhan pokok lainnya yang melonjak tajam,
– Segera berikan penerangan yang layak di area Sport Center Indramayu,
– Jalankan reforma agraria sejati demi keadilan bagi petani kecil dan penggarap.
Aksi ini dikawal ketat oleh aparat kepolisian dan Satpol PP yang berjaga di sejumlah titik. Meski sempat menyebabkan kemacetan, aksi berlangsung tertib tanpa insiden kekerasan.
Massa aksi kemudian diterima oleh Ketua DPRD Indramayu, H. Syaefudin, yang turun langsung menemui mereka. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa pihaknya memahami keresahan masyarakat dan akan menindaklanjuti aspirasi tersebut sesuai kapasitas legislatif.
“Kami akan memperjuangkan aspirasi saudara-saudara sekalian. Soal reforma agraria, DPRD Indramayu telah menghasilkan enam rekomendasi yang sudah disampaikan kepada pemerintah pusat dan daerah. Terkait penerangan Sport Center, kami akan undang leading sektornya agar segera ditindaklanjuti. Aspirasi lainnya juga akan kami sampaikan secara resmi,” ujar Syaefudin di hadapan massa.
Aksi unjuk rasa ini merupakan bagian dari gelombang protes yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menyusul kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Kenaikan tersebut dinilai menyulitkan kehidupan masyarakat, terutama sektor informal seperti buruh dan petani, yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga kebutuhan pokok.
Aliansi Buruh Tani Indramayu sendiri merupakan gabungan dari beberapa organisasi serikat buruh, petani, dan mahasiswa yang aktif memperjuangkan isu-isu kerakyatan di wilayah pantura Jawa Barat. Mereka menyatakan akan terus mengawal kebijakan pemerintah dan tidak segan turun ke jalan apabila tuntutan mereka tidak direspons secara konkret.
Salah satu peserta aksi, Jaya (34), mengaku aksi ini dilakukan demi masa depan anak-anaknya. “Saya petani kecil. Kalau BBM naik, ongkos traktor naik, pupuk mahal, sembako juga naik. Ini sudah tidak adil lagi. Pemerintah harus mendengar kami,” ucapnya penuh emosi.
Setelah menyampaikan seluruh tuntutan, massa membubarkan diri dengan tertib sekitar pukul 14.30 WIB. Mereka berjanji akan terus memantau respons DPRD Indramayu dan siap melakukan aksi lanjutan jika tidak ada perubahan yang berarti.

































